|
Seni rancang bangun sudah bukan lagi barang baru di negeri kita. Tradisi tersebut telah ada pada masa nenek moyang, namun sebagai profesi dan bidang pendidikan formal, bidang ini belum bisa dikatakan tua, meski juga tidak dapat dikatakan muda. Sejak tahun 1950-an di Bandung dan 1962 di Yogyakarta, pendidikan arsitektur telah berkembang di berbagai tempat dan telah banyak menghasilkan arsitek yang bekerja di berbagai bidang. Jurusan Teknik Arsitektur (JUTA) Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada bertujuan menghasilkan sarjana yang bertanggung jawab secara luas dalam perencanaan, perancangan, pengawasan dan pengelolaan pembangunan lingkungan buatan. Perkembangan JUTA tidak bisa dilepaskan dari perkembangan Fakultas Teknik UGM, yang pada mulanya hanya memiliki Bagian Sipil, Bagian Mesin Listrik dan Bagian Kimia. Karena adanya berbagai hambatan dari Fakultas Teknik, maka beberapa bagian terpaksa ditutup sementara. Adanya bantuan melalui kontrak kerjasama tahun 1957 dengan University of California Los Angeles, USA sangat bermanfaat sehingga pada tahun 1959, Bagian Mesin dibuka kembali, 1961 Geologi dan Geodesi dibuka. Kemudian pada tahun 1962 Bagian Arsitektur dan 1963 Bagian Listrik. Dari sanalah tulisan mengenai perkembangan JUTA disusun, dengan harapan agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai perjuangan dan pengorbanan yang telah diberikan bagi perkembangan Bagian Arsitektur UGM, sebutan JUTA pada saat itu. 1961-1964, Era Perjuangan. Dengan 98 orang mahasiswa, seorang dosen inti, yaitu Ir. Sampurno Samingoen, dibantu Ir. Haditirto dan Dipl. Ing. Hoemar yang keduanya merupakan dosen luar biasa. Disamping itu terdapat dosen tamu dari UCLA, yaitu Prof. Withel. Kenyataannya Bagian Arsitektur tanpa dosen tetap tidak dapat berkembang secara terencana. Untuk itu diperlukan tenaga senior yang direkrut dari Jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung. Dari sejumlah nama yang diajukan, akhirnya ditetapkan:
1964-1974, Era Perintisan Jati Diri. Dengan adanya dosen tetap yang jumlah cukup untuk mengerahkan berbagai kegiatan dalam rangka pembinaan bagian Arsitektur, maka kegiatan pertama yang perlu dilakukan adalah konsolidasi kelembagaan dan perlu merintis kebijaksanaan arah pendidikan demi terciptanya hasil yang beridentitas diri. Pada akhir era 1968, Bagian Arsitektur berubah sebutan menjadi Bagian Teknik Arsitektur Universitas Gadjah Mada. Dengan terbinanya jati diri bagian Teknik Arsitektur (BATA) mendapat perhatian dari pihak fakultas teknik terhadap fasilitas ruang kuliah dan studionya. Tanggal 14 Juli 1969, BATA pindah ke kampus Bata Merah di Barek (sekarang MM). Bersamaan dengan itu, beberapa staf pengajar kembali dari pendidikannya di luar negeri, sehingga merupakan penyegaran yang mendukung pemikiran baru. 1974-1980, Era Peningkatan Efisiensi Internal. Pada era ini selain diperhatikannya produktivitas pendidikan juga berbagai masalah pemantapan kelembagaan juga mendapat perhatian khusus. 1980- sekarang, Era Peningkatan Mutu Pendidikan. Sejak 1980 sesuai PP No. 5/1980 Bagian Teknik Arsitektur berubah menjadi Jurusan Teknik Arsitektur (JUTA). Pendidikan mutu pendidikan dilakukan bekerja sama dengan School of Architecture and Urban Planning University of Wisconsin, Milwaukee, USA. Berbeda dengan konsep pendidikan sebelumnya, penekanan pendidikan dilakukan pada kemampuan merancang bangunan sebagai dasar pengetahuan profesional. Untuk itu dukungan sarana laboratorium telah menjadi salah satu prioritas utama. Disamping itu untuk mewadahi kebutuhan akan pengetahuan pengembangan kawasan telah didirikan Magister Perencanaan Kota dan Daerah pada tahun ...... dan Magister Desain Kawasan Binaan untuk mewadahi kebutuhan akan...... Kesatuan gerak langkah dari seluruh civitas akademika sangat diperlukan agar prestasi yang telah dicapai dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
|
|
informasi dan berita | pengurus
jurusan | program studi | |
Anda
adalah pengunjung ke: |